Aku menyesal Kenapa Tidak Terbuka - Suasana senja itu begitu indah, langit berwarna merah keemasan semakin menambah sejuk hati yang melihatnya. Di sebuah dermaga, di ujung pantai terlihat sosok laki-laki sedang berdiri juga ikut menikmati pemandangan senja yang indah itu, sambil sesekali menoleh ke arah belakang, seperti mencari sesuatu atau menunggu seseorang.
Lama ia berdiri, terlihat ia mulai kelihatan gelisah, dan ia mencoba mencari tempat duduk pada tiang dermaga tempat ia berada. Sambil duduk ia tampak tertunduk dan masih menampakkan kegelisahan yang sedang menderanya. Dan lama ia dalam posisi tertunduk sehingga terlihat dari jauh ia bagai patung di ujung dermaga.
Lama, Ia mulai bergerak lagi, kemudian berdiri dan merogoh kantong celana levi's yang di gunakannya. Lalu terlihat ia memegang sesuatu ditangannya dan menggenggam dengan kedua tangannya. Rupanya itu adalah handphone, lalu kemudian dia mulai mendekatkan pada bagian telinga kanannya.
Dengan gelagak masih terlihat resah, berjalan mondar mandir di ujung dermaga, sambil mengangkat tangan kirinya yang di goyangkan naik turun seakan berkata "ayo angkat,.. ayo angkat". Namun sepertinya tidak ada jawaban. Ia mulai melakukan panggilan lagi tetapi sepertinya, belum ada balasan dari nomor yang di tuju. Kemudian dia menghubungi dan akhirnya ia mulai terlihat berbicara.
Ia terlihat serius berbicara, pandangannya tidak lagi tertuju pada indahnya langit senja di ujung dunia. Ia mulai berbicara serius seperti menjelaskan sesuatu. Terlihat seperti orang yang sedang memelas dan juga terkadang berharap, dan lama ia dalam keadaan seperti itu kemudian mengakhiri pembicaraannya.
Ia kembali mondar mandir di ujung Dermaga itu, masih dalam kondisi semula yang memperlihatkan resah gelisah, dan saya terus memperhatikan sosok laki-laki itu dengan seribu tanya dalam hatiku, "ada apa dengan laki-laki tersebut?" Lama suasana tersebut berlangsung.
Tiba-tiba dari jauh terlihat seorang gadis dengan gaun berlari menuju laki-laki tersebut. Semakin dekat semakin cepat. Dan laki-laki tersebut juga mulai berlari kearah gadis itu tak menoleh kebelakang, seakan melepaskan sebuah gejolak rindu yang tak terbendung lagi. Namun, gadis tersebut berhenti di tengah dermaga, begitu pun dengan laki-laki yang sejak tadi seperti gelisah menunggu seseorang. Kini terlihat dari jauh sepasang insan sedang berdiri berhadapan, dengan jarak 10 meter. Keduanya memperlihatkan kondisi kelelahan mungkin akibat berlari.
Laki-laki itu mulai memperlihatkan gerakan tangan seperti berbicara dan menjelaskan sesuatu, di ikuti gadis bergaun itu juga melakukan hal yang sama. Tak terdengar apa yang mereka bicarakan, namun gambarannya memperlihatkan sedang terjadi perdebatan yang satu menjelaskan dan yang satu menolak penjelasan yang di ungkapkan.
Lama terlihat, komunikasi itu mulai mendapat titik terang, sang gadis mulai mengusap mata, mungkin dia baru saja menangis dan mereka mulai saling mendekat, begitu cepat, mereka telah berada dalam posisi saling berpelukan sangat erat. Seperti melepaskan rindu lama tak berjumpa.
Tiba-tiba sepasang Insan paruh baya mendekati mereka, lalu memisahkan mereka. Rupanya itu adalah orang tua sang gadis, yang langsung saja menarik sang gadis dari pelukan laki-laki tersebut. Sontak mereka kaget. Gadis tersebut kini ada dalam genggaman sang ibu, sedang sang ayah berhadapan dengan laki-laki tersebut dekat sekali. Terlihat mulai terjadi percakapan yang di mulai sang ayah, seperti marah-marah menunjuk laki-laki tersebut yang tampak terdiam dan tunduk.
Lama terlihat kondisi seperti lalu Ibu mulai berjalan dan menarik gadis tersebut, dan gadis tersebut terlihat seperti tidak ikhlas mencoba berontak dan melepaskan genggaman tangan sang ibu, tapi genggaman itu sangat kuat. Dan semakin lama semakin menjauh. Kemudian sang ayah juga berjalan menjauh dari laki-laki tersebut dan masih kadang menoleh kebelakang sambil menujuk-nunjuk kearah laki-laki tersebut. Dan ayah, ibu dan gadis tersebut perlahan mulai menjauh dan menghilang diantara pengunjung lain yang menikmati suasana senja tersebut.
Saya lalu menghampiri laki-laki itu, di susul beberapa orang pengunjung pantai yang rupanya juga memperhatikan peristiwa tersebut. Saya lalu bertanya "ada apa kawan". Lama tak ada jawaban, suasana hening, dan saling berpandangan.
Kemudian terdengar suara lirih keluar dari mulut laki-laki tersebut "Tidak apa-apa". Kemudian yang lain meninggalkan laki-laki itu tetapi aku tidak, masih penasaran dengan kejadian yang baru terjadi, saya lalu berkata "apa masalah cinta?". Laki-laki itu mulai terbuka dan berbicara, matanya masih merah dan berkaca menggambarkan kesedihan yang baru ia alami. Saya terus mendesak dan akhirnya ia bisa menenangkan diri dan mulai berbicara.
Laki-laki itupun mulai bercerita "Awalnya pacar saya ingin dijodohkan oleh orang tuanya, tetapi orang tuanya memberikan kesempatan jika dia punya pacar maka tak akan menjodohkannya, saya sering ke rumah dia karena kami memang teman sepermainan sejak kecil, bahkan tiap hari, tetapi ketika di tanya oleh orang tuanya apa saya ada hubungan spesial dengan anaknya saya cuman menjawab kami hanya berteman, begitu pun dengan pacar saya ketika di tanya pertanyaan yang sama jawabannya juga sama bahwa kami cuman berteman. Dan kini sekarang, karena dianggap tidak punya pacar makanya dia (Gadis) dijodohkan.
Ketika kami terdesak, kami pun mengakui bahwa kami ada hubungan spesial, tetapi sudah terlambat. Orang tuanya sudah menjodohkannya, dan sudah terlambat mengakui semua. Yang tadi kami perdebatkan adalah keputusan untuk kabur, dan lama saya menjelaskan pacar saya akhirnya setuju dan kami berpelukan, tetapi orang tuanya keburu datang. Orang tuanya memaki saya dan mengatakan salah saya yang tidak jujur sejak dari dulu, karena saya takut kami tidak direstui.
Sebelum mereka pergi ayahnya berkata bahwa pacar saya akan dititipkan dirumah neneknya di kampung dan saya di minta untuk tidak lagi datang kerumah mereka. Nasib..!!
Lama, Ia mulai bergerak lagi, kemudian berdiri dan merogoh kantong celana levi's yang di gunakannya. Lalu terlihat ia memegang sesuatu ditangannya dan menggenggam dengan kedua tangannya. Rupanya itu adalah handphone, lalu kemudian dia mulai mendekatkan pada bagian telinga kanannya.
Dengan gelagak masih terlihat resah, berjalan mondar mandir di ujung dermaga, sambil mengangkat tangan kirinya yang di goyangkan naik turun seakan berkata "ayo angkat,.. ayo angkat". Namun sepertinya tidak ada jawaban. Ia mulai melakukan panggilan lagi tetapi sepertinya, belum ada balasan dari nomor yang di tuju. Kemudian dia menghubungi dan akhirnya ia mulai terlihat berbicara.
Ia terlihat serius berbicara, pandangannya tidak lagi tertuju pada indahnya langit senja di ujung dunia. Ia mulai berbicara serius seperti menjelaskan sesuatu. Terlihat seperti orang yang sedang memelas dan juga terkadang berharap, dan lama ia dalam keadaan seperti itu kemudian mengakhiri pembicaraannya.
Ia kembali mondar mandir di ujung Dermaga itu, masih dalam kondisi semula yang memperlihatkan resah gelisah, dan saya terus memperhatikan sosok laki-laki itu dengan seribu tanya dalam hatiku, "ada apa dengan laki-laki tersebut?" Lama suasana tersebut berlangsung.
Tiba-tiba dari jauh terlihat seorang gadis dengan gaun berlari menuju laki-laki tersebut. Semakin dekat semakin cepat. Dan laki-laki tersebut juga mulai berlari kearah gadis itu tak menoleh kebelakang, seakan melepaskan sebuah gejolak rindu yang tak terbendung lagi. Namun, gadis tersebut berhenti di tengah dermaga, begitu pun dengan laki-laki yang sejak tadi seperti gelisah menunggu seseorang. Kini terlihat dari jauh sepasang insan sedang berdiri berhadapan, dengan jarak 10 meter. Keduanya memperlihatkan kondisi kelelahan mungkin akibat berlari.
Laki-laki itu mulai memperlihatkan gerakan tangan seperti berbicara dan menjelaskan sesuatu, di ikuti gadis bergaun itu juga melakukan hal yang sama. Tak terdengar apa yang mereka bicarakan, namun gambarannya memperlihatkan sedang terjadi perdebatan yang satu menjelaskan dan yang satu menolak penjelasan yang di ungkapkan.
Lama terlihat, komunikasi itu mulai mendapat titik terang, sang gadis mulai mengusap mata, mungkin dia baru saja menangis dan mereka mulai saling mendekat, begitu cepat, mereka telah berada dalam posisi saling berpelukan sangat erat. Seperti melepaskan rindu lama tak berjumpa.
Tiba-tiba sepasang Insan paruh baya mendekati mereka, lalu memisahkan mereka. Rupanya itu adalah orang tua sang gadis, yang langsung saja menarik sang gadis dari pelukan laki-laki tersebut. Sontak mereka kaget. Gadis tersebut kini ada dalam genggaman sang ibu, sedang sang ayah berhadapan dengan laki-laki tersebut dekat sekali. Terlihat mulai terjadi percakapan yang di mulai sang ayah, seperti marah-marah menunjuk laki-laki tersebut yang tampak terdiam dan tunduk.
Lama terlihat kondisi seperti lalu Ibu mulai berjalan dan menarik gadis tersebut, dan gadis tersebut terlihat seperti tidak ikhlas mencoba berontak dan melepaskan genggaman tangan sang ibu, tapi genggaman itu sangat kuat. Dan semakin lama semakin menjauh. Kemudian sang ayah juga berjalan menjauh dari laki-laki tersebut dan masih kadang menoleh kebelakang sambil menujuk-nunjuk kearah laki-laki tersebut. Dan ayah, ibu dan gadis tersebut perlahan mulai menjauh dan menghilang diantara pengunjung lain yang menikmati suasana senja tersebut.
Saya lalu menghampiri laki-laki itu, di susul beberapa orang pengunjung pantai yang rupanya juga memperhatikan peristiwa tersebut. Saya lalu bertanya "ada apa kawan". Lama tak ada jawaban, suasana hening, dan saling berpandangan.
Kemudian terdengar suara lirih keluar dari mulut laki-laki tersebut "Tidak apa-apa". Kemudian yang lain meninggalkan laki-laki itu tetapi aku tidak, masih penasaran dengan kejadian yang baru terjadi, saya lalu berkata "apa masalah cinta?". Laki-laki itu mulai terbuka dan berbicara, matanya masih merah dan berkaca menggambarkan kesedihan yang baru ia alami. Saya terus mendesak dan akhirnya ia bisa menenangkan diri dan mulai berbicara.
Laki-laki itupun mulai bercerita "Awalnya pacar saya ingin dijodohkan oleh orang tuanya, tetapi orang tuanya memberikan kesempatan jika dia punya pacar maka tak akan menjodohkannya, saya sering ke rumah dia karena kami memang teman sepermainan sejak kecil, bahkan tiap hari, tetapi ketika di tanya oleh orang tuanya apa saya ada hubungan spesial dengan anaknya saya cuman menjawab kami hanya berteman, begitu pun dengan pacar saya ketika di tanya pertanyaan yang sama jawabannya juga sama bahwa kami cuman berteman. Dan kini sekarang, karena dianggap tidak punya pacar makanya dia (Gadis) dijodohkan.
Ketika kami terdesak, kami pun mengakui bahwa kami ada hubungan spesial, tetapi sudah terlambat. Orang tuanya sudah menjodohkannya, dan sudah terlambat mengakui semua. Yang tadi kami perdebatkan adalah keputusan untuk kabur, dan lama saya menjelaskan pacar saya akhirnya setuju dan kami berpelukan, tetapi orang tuanya keburu datang. Orang tuanya memaki saya dan mengatakan salah saya yang tidak jujur sejak dari dulu, karena saya takut kami tidak direstui.
Sebelum mereka pergi ayahnya berkata bahwa pacar saya akan dititipkan dirumah neneknya di kampung dan saya di minta untuk tidak lagi datang kerumah mereka. Nasib..!!